Breaking News

Nantikan, Badai Meteor Terdahsyat di Tata Surya Bakal Terjadi Bulan Oktober

  • Hot News
  • News Evens
  • Live Report

Tech News

Game Reviews

Recent Post

Senin, 23 Juni 2014
Astronom Temukan Pulau Aneh di Titan

Astronom Temukan Pulau Aneh di Titan

Foto laut Ligeia Mare Titan pada 26 April 2007 oleh wahana Cassini. Klik gambar untuk memperbesar. Image credit: NASA/JPL-Caltech/ASI/Cornell
Astronom menemukan sebuah pulau "aneh" dan "misterius" yang muncul di tengah laut kedua terbesar di Titan, Ligeia Mare. Oleh para astronom pulau aneh ini disebut dengan Magic Island. Kenapa pulau ini di sebut aneh? Setelah para ilmuwan membandingkan tiga foto laut Ligeia Mare, ilmuwan terkejut dengan kemunculan sebuah pulau. Pulau ini pada foto yang lain diketahui muncul kemudian menghilang lagi.

Dilaporkan dalam jurnal Nature pada 22 Juni lalu, astronom mengungkapkan bahwa pengamatan yang mereka lakukan adalah pengamatan pertama yang dilakukan untuk mengetahui adanya proses geologi yang terjadi di belahan utara Titan. Penemuan ini memberitahu pada kita bahwa cairan di belahan utara Titan tidak stagnan / tetap, tapi berubah-ubah," kata Jason Hofgartner seorang peneliti dari Cornell University selaku penulis utama dari jurnal ini. "Kami tidak tahu persis apa yang menyebabkan pulau ajaib ini muncul, tapi kami ingin mempelajarinya lebih lanjut," tambah Hofgartner.

Bulan terbesar Saturnus ini telah lama diketahui memiliki danau dan laut. Titan mempunyai atmosfer tebal yang sebagian besar terdiri dari nitrogen dan metana. Danau dan laut Titan bukan berisi air tapi berisi metana dan etana cair. Dengan menggunakan beberapa foto Titan yang diambil oleh wahana Cassini, astronom membandingkan perubahan laut dan daratan Titan dari waktu ke waktu. Pada foto yang diambil pada  26 April 2007, memperlihatkan laut Titan yang tenang tanpa fitur apapun. Pada saat itu belahan utara Titan, tepat dimana laut Ligeia Mare ini berada sedang berada dalam musim peralihan dari musin semi ke musim panas. Kemudian pada 10 Juli 2013, foto Cassini memperlihatkan adanya sebuah fitur mirip pulau yang muncul di tengah laut Ligeia Mare seperti yang bisa kita lihat di bawah ini. Kemungkinan hal tersebut disebabkan oleh hembusan angin dari belahan utara Titan yang membentuk gelombang di laut Ligeia Mare.
Foto laut Ligeia Mare Titan pada 26 April 2007. Pulau misterius belum muncul. Klik gambar untuk memperbesar. Image credit: NASA/JPL-Caltech/ASI/Cornell
Foto laut Ligeia Mare Titan pada 10 Juli 2013. Pulau misterius muncul (dilingkari merah). Klik gambar untuk memperbesar. Image credit: NASA/JPL-Caltech/ASI/Cornell
Foto laut Ligeia Mare Titan pada 26 Juli 2013. Pulau misterius hilang lagi. Klik gambar untuk memperbesar. Image credit: NASA/JPL-Caltech/ASI/Cornell
Anehnya pada tanggal 26 Juli 2013, foto Cassini memperlihatkan bahwa pulau misterius itu sudah menghilang. Astronom begitu terkejut mengapa itu terjadi begitu cepat hanya dalam waktu 16 hari saja. Astronom menduga bahwa ada proses tertentu yang menyebabakn terjadinya hal ini seperti angin, hujan, dan efek pasang yang mempengaruhi metana dan etana di laut Titan. Astronom akan terus mengamati perubahan Titan. (PHS, Adi Saputro/ www.astronomi.us)
Jumat, 20 Juni 2014
Triton, Bulan Terbesar Neptunus yang Super Dingin

Triton, Bulan Terbesar Neptunus yang Super Dingin

Foto Triton yang diambil oleh wahana Voyager 2 pada tahun 1989. Klik gambar untuk memperbesar. Image credit: NASA/JPL/USGS
Triton merupakan bulan / satelit alam yang paling besar dari total 13 bulan yang dimiliki Neptunus. Triton sekaligus menjadi satu-satunya bulan di tata surya yang memiliki arah orbit yang berlawanan dengan arah rotasi planetnya atau yang biasa disebut retrograde. Sekilas Triton ini sangat mirip dengan Pluto sehingga astronom berpendapat bahwa Triton dan Pluto mempunyai asal usul yang sama. Hal itu diperkuat dengan pendapat bahwa bulan sebuah planet tidak mungkin terbentuk jika arah orbitnya berlawanan arah. Sama seperti bulan kita, Triton juga terkunci oleh gravitasi Neptunus sehingga berhenti berotasi. Namun karena kemiringan orbit yang tidak biasa, maka daerah kutub bergantian menghadap Matahari.
Foto permukaan Triton. Tampak fitur kerak es yang merupakan hasil kondensasi Nitrogen akibat suhu yang terlalu dingin. Bentuk es kasar sangat terlihat yang diperkirakan ini terbentuk sebagai akibat dari gumpalan es yang dialiri arus lava dingin. Tinggi dari gunung es ini bervariasi hingga beberapa ratus meter. Klik gambar untuk memperbesar. Image credit: NASA/JPL/Universities Space Research Association/Lunar & Planetary Institute
Triton memiliki diameter sekira 2.700 km. Besarnya 22 persen lebih kecil dari bulan Bumi kita. Berdasarkan foto yang diambil oleh wahana Voyager 2 pada tahun 1989, terlihat bahwa permukaan Triton  terdiri dari dataran halus, sedikit kawah, dan banyak kerak es dan lubang-lubang bulat yang terbentuk oleh aktivitas aliran lava dingin.

Atmosfer Triton sangat tipis yang kebanyakan terdiri dari Nitrogen dan sedikit Metana. Kemungkinan hal ini disebabkan oleh aktivitas gunung berapi dan pengaruh musiman dari Matahari. Ada 3 bulan Neptunus yang memiliki aktivitas vulkanik aktif saat ini yakni Triton, Io, dan Venus. Walaupun memiliki gunung berapi, ternyata suhu di permukaan Triton sangat dingin yakni sekira -235 derajat Celcius.

Nama Triton diambil dari nama salah satu dewa laut Yunani. Triton ditemukan pada 10 Oktober 1846 oleh astronom Inggris William Lassell dan penemuan itu hanya selang 17 hari setelah penemuan planet Neptunus oleh astronom Jerman, Johann Gottfried Galle dan Heinrich Louis d'Arrest. (NS, NSC, Adi Saputro/ www.astronomi.us)
ESA: Medan Magnet Bumi Mengalami Perubahan

ESA: Medan Magnet Bumi Mengalami Perubahan

Perubahan medan manet Bumi berdasarkan data Swarm. Klik gambar untuk memperbesar. Image credit: esa
Menggunakan data yang didapat dari wahana Swarm, ilmuwan ESA (European Space Agency) menyimpulkan bahwa medan magnet Bumi telah mengalami perubahan. Dari data yang didapat selama 6 bulan itu mereka mendapati bahwa di belahan Bumi sebelah barat terjadi penurunan kekuatan medan magnet. Sedangkan di daerah Selatan Samudera Hinda, medan magnet mengalami penguatan.
Ilustrasi tiga wahana Swarm sedang mengorbit Bumi. Image credit: esa
Data yang diperoleh merupakan hasil pengamatan tiga wahana Swarm milik ESA yang diluncurkan pada November 2013 lalu yang menganalisa perubahan medan magnet Bumi. Saat ini yang baru dianalisa adalah peran inti Bumi dalam mempengaruhi perubahan medan magnet dan dalam beberapa bulan ke depan, ilmuwan ESA juga akan mengamati apakah perubahan medan magnet Bumi ini juga dipengaruhi oleh faktor lainnya seperti mantel Bumi, kerak, lautan, ionosfer, dan magnetosfer.

Seperti yang diketahui bahwa medan magnet Bumi berperan penting bagi kelangsungan kehidupan di Bumi, sebab ia melindungi Bumi dari radiasi kosmik dan serbuan partikel bermuatan dari Matahari yang datang melalui angin surya yang jika menembus Bumi, maka kehidupan akan musnah akibat radiasi.

Informasi yang didapat ilmuwan ini akan digunakan untuk menjawab pertanyaan, apa yang menyebabkan medan magnet Bumi ini melemah. (esa, Adi Saputro/ www.astronomi.us)
Kosmonot Rusia Sukses Lakukan Spacewalking untuk Perbaikan ISS

Kosmonot Rusia Sukses Lakukan Spacewalking untuk Perbaikan ISS

Kosmonot Oleg Artemyev saat melakukan spacewalking. Klik gambar untuk memperbesar. Image credit: NASA
Dua kosmonot Rusia sukses melakukan spacewalking (bekerja di luar ISS) setelah menghabiskan waktu sekitar 7 jam untuk melakukan beberapa perbaikan dan upgrade peralatan ISS. Kosmonot Alexander Skvortsov dan Oleg Artemyev menceritakan bahwa pengalaman spacewalking adalah pengalaman yang sangat menarik sekaligus mendebarkan. Sebab mereka harus melayang di luar ISS pada ketinggian sekitar 400 km di atas permukaan Bumi dan bagi mereka spacewalking kali ini adalah spacewalking mereka yang pertama kalinya.

Kedua kosmonot itu ditugaskan untuk mengganti antena komunikasi dengan antena yang baru dan memperbaiki beberapa komponen elektronik dan kelistrikan lainnya. Walaupun sekilas tampak mudah, spacewalking ternyata sangat sulit untuk dilakukan. Spacewalking lebih mirip seperti panjat tebing dan angkat besi, karena selain kita harus menahan diri dengan cara bergantung, mereka juga membawa beberapa peralatan yang rata-rata berukuran besar. Kosmonot Skvortsov dan Artemyev mengatakan bahwa mereka sempat mengalami kesulitan ketika akan melepas salah satu baut pada sebuah perangkat dan ternyata baut itu sangat sulit untuk dilepas. Itu membutuhkan tenaga ekstra dan sangat menjengkelkan.

Kedua kosmonot telah berada di ISS sejak 27 Maret 2014 dalam misi 5,5 bulan di ISS. (SP, Adi Saputro/ www.astronomi.us)
Kamis, 19 Juni 2014
Foto Keindahan Planet Mars oleh Wahana Rosetta

Foto Keindahan Planet Mars oleh Wahana Rosetta

Foto planet Mars beresolusi 5 km / piksel yang diambil oleh wahana Rosetta. Klik gambar untuk memperbesar. Image credit: esa
Foto di atas adalah foto planet Mars yang diambil oleh wahana Rosetta pada 24 Februari 2007 pada jarak 240.000 km dalam perjalanannya menuju komet 67P/Churyumov-Gerasimenko. Foto di atas merupakan foto dalam warna yang sebenarnya, sama seperti jika kita melihatnya langsung dengan mata kita sendiri. (esa, Adi Saputro/ www.astronomi.us)
NASA Akan Gunakan Helikopter Tanpa Awak untuk Jelajahi Titan

NASA Akan Gunakan Helikopter Tanpa Awak untuk Jelajahi Titan

Ilustrasi helikopter NASA di Titan. Klik gambar untuk memperbesar. Image credit: gzm
NASA mempunyai ide menarik untuk mengeksplorasi salah satu bulan Saturnus, Titan. Titan dipilih karena ia merupakan satu-satunya tempat mirip Bumi di tata surya. Selain karena mempunyai atmosfer tebal dan samudera, Titan juga dianggap sebagai tempat yang kaya akan zat kimia organik. NASA berencana menggunakan helikopter tanpa awak untuk menjelajahi permukaan Titan. Nantinya helikopter itu akan perlahan dibawa turun oleh balon udara hingga ketinggian tertentu untuk kemudian terbang. Berat helikopter ini tidak lebih dari 10 kg. Nantinya helikopter ini akan memetakan permukaan, mengambil sampel materi padat dan cair, dan sebagainya.

Pada seminar yang diadakan oleh NASA, ilmuwan Larry Matthies dan timnya menulis makalah yang berjudul TAD (Titan Aerial Daughtercraft) for Surface Studies from a Lander or Ballon. Kemungkinan jika rencana ini benar-benar direalisasikan, maka NASA akan bekerjasama dengan AeroVironment yaitu sebuah perusahaan swasta produsen pesawat tanpa awak untuk bersama-sama membuat model helikopter yang cocok untuk lingkungan Titan. Konsepnya helikopter itu nantinya terdiri dari empat baling-baling dan bisa kembali menujut ke wahana yang berfungsi sebagai pangkalan di Titan untuk mengantarkan sampel yang kemudian dianalisa secara kimiawi menggunakan robot. Setelah itu helikopter akan melakukan isi ulang baterai secara otomatis untuk kemudian bisa terbang lagi untuk misi berikutnya. Matthies mengatakan bahwa misi ini tidak memerlukan biaya besar, tidak seperti Curiosity. Kapan rencanan ini diwujudkan, kita tunggu saja. (PHS, GZM, Adi Saputro/ www.astronomi.us)
Rabu, 18 Juni 2014
VIDEO: Robot Laba-laba NASA Ahli Panjat Tebing

VIDEO: Robot Laba-laba NASA Ahli Panjat Tebing

Robot Laba-laba NASA. Image credit: ieee.org
Untuk mewujudkan misi menjelajahi asteroid dan planet Mars, Tim JPL NASA membuat robot yang sangat canggih yakni robot Spiderman. Mengapa disebut robot spiderman? karena robot ini bisa memanjat tebing batu seperti Spiderman. Robot ini sendiri sebenarnya dinamai JPL's Rock Climbing Robot yang merupakan versi upgrade dari robot LEMUR IIB yang lebih dulu dibuat. Uniknya robot ini bisa memanjat dalam posisi vertikal dan horizontal.
Bagian-bagian dari kaki robot Laba-laba NASA. Image credit: engineering.com
Posisi vertikal berarti robot ini bisa memanjat dari bawah ke atas, atau horizontal dengan merayap menggantung di bawah batuan seperti Spiderman. Robot ini bisa melawan gaya gravitasi bahkan mampu membawa beban hingga 15 kg saat memanjat. Rahasia dari robot Spiderman ini adalah ia mempunyai semacam kail / cakar kecil pada kaki-kaki kecilnya yang digunakan untuk mencengkeram permukaan batuan. Dengan beberapa kaki yang dimilikinya, robot ini benar-benar mirip Laba-laba. Robot ini akan digunakan oleh NASA untuk misi ke asteroid dan Mars. Simak video aksi robot Laba-laba NASA di bawah ini:

(Adi Saputro/ www.astronomi.us)
Kamis, 12 Juni 2014
Astronom: Ada 100 Juta Planet di Bima Sakti yang Bisa Menopang Kehidupan

Astronom: Ada 100 Juta Planet di Bima Sakti yang Bisa Menopang Kehidupan

Bumi. Image credit: Tryfonov / Fotolia
Astronom memperkirakan di dalam galaksi Bima Sakti ada sekira 100 juta planet yang dapat mendukung kehidupan dalam bentuk kompleks. Bentuk kompleks yang dimaksud adalah bentuk kehidupan di atas mikroba. Kesimpulan ini didapat setelah beberapa astronom menggunakan teknik perhitungan baru untuk menganalisa planet-planet yang mengorbit bintang-bintang di galaksi Bima Sakti. "Studi ini tidak ditujukan untuk menunjukkan adanya kehidupan yang kompleks di planet-planet tersebut namun menyatakan bahwa ada banyak planet yang dapat mendukung kehidupan," ungkap Alberto Fairen dari Cornell Research Associate.

Organisme yang lebih kompleks atau lebih besar dari mikroba diperkirakan bisa ada di planet-planet tersebut.  Dengan mempelajari kepadatan, suhu, substrat (cairan, gas, material), struktur kimia dan jarak dari bintangnya, ilmuwan mendapati ada sekitar 1 sampai 2 persen planet atau sekira 100 juta planet di Bima Sakti yang sangat dimungkinkan mendukung kehidupan kompleks.

Tapi sayangnya jarak planet-planet itu sangat jauh dari Bumi. Salah satu sistem tata surya yang paling dimungkinkan adanya kehidupan yakni sistem Gliese 581 yang terdiri dari dua planet, berjarak 20 tahun cahaya. Mengingat luasnya galaksi Bima Sakti itu sendiri, belum lagi kemampuan manusia yang masih belum bisa menempuh perjalanan dengan kecepatan cahaya, pertemuan manusia dengan makhluk lain seperti alien sangat sulit untuk dilakukan, kecuali mereka yang mendatangi kita. (SCD, Adi Saputro/ www.astronomi.us)
Tidak Mau Kalah, Astronot ISS Juga Akan Tonton Piala Dunia Brazil

Tidak Mau Kalah, Astronot ISS Juga Akan Tonton Piala Dunia Brazil

Dari kiri ke kanan, astronot Steve Swanson, Alexander Gerst, dan Reid Wiseman. Image credit: NASA TV
Ramainya piala dunia kali ini sepertinya tidak hanya dirasakan di Bumi saja, tapi juga di Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS). Astronot Amerika, Reid Wiseman dan Steve Swanson, serta astronot Jerman Alexander Gerst bersiap untuk menyambut momen piala dunia 370 km di atas Bumi. Kebetulan Amerika Serikat dan Jerman berada dalam satu grup yang sama yakni grup G dan akan saling berhadapan pada 26 Juni nanti. Ketiga astronot mengucapkan selamat bertanding kepada semua pemain dan tim, dan rencananya mereka juga akan menonton juga secara langsung dari ISS.

Reid Wiseman dan Alexander Gerst tiba di ISS pada 28 Mei dan dijadwalkan kembali ke Bumi pada bulan November 2014. Sedangkan Steven Swanson tiba lebih awal yakni tanggal 25 Maret dan kembali ke Bumi pada September 2014.

Mau tahu seperti apa keseruannya, berikut adalah video astronot ISS menyambut momen piala dunia 2014:

(NS, Adi Saputro/ www.astronomi.us)
Misteri 55 Tahun Terungkap, Penyebab Sisi Terang dan Sisi Gelap Bulan Begitu Berbeda

Misteri 55 Tahun Terungkap, Penyebab Sisi Terang dan Sisi Gelap Bulan Begitu Berbeda

Sisi dekat / sisi terang Bulan (kiri). Sisi jauh / sisi gelap Bulan (kanan). Klik gambar untuk memperbesar. Image credit: usra
Sebuah misteri yang telah bertahan selama 55 tahun akhirnya berhasil dipecahkan oleh para ilmuwan. Misteri tentang mengapa pada sisi gelap bulan tidak dijumpai Mare / Maria (bahasa latin= lautan, dataran gelap basalt di Bulan). Awalnya pada tahun 1959 wahana Soviet, Lunar 3, berhasil memotret sisi jauh / sisi gelap Bulan dan hasilnya sangat mengejutkan, tidak dijumpai Mare di sana. Mare terbentuk akibat hantaman meteorit besar sehingga menciptakan sebuah dataran basalt yang sangat luas dan hal itu tidak dijumpai di sisi gelap Bulan. Sisi gelap yang dimaksud adalah sisi jauh di belakang Bulan (sisi sebaliknya). Sisi gelap ini juga terkadang diterangi oleh sinar Matahari juga. Di sana hanya dijumpai gunung dan kawah saja. Mengapa sisi terang dan sisi gelap Bulan bisa begitu kontras perbedaannya?

Jason Wright ilmuwan dari Penn State University mengatakan bahwa perbedaan itu terjadi berawal dari proses pembentukan Bulan. Dalam jurnal Astrofisika, Bulan terbentuk sebagai akibat tabrakan dahsyat antara Bumi muda dengan planet seukuran Mars yang disebut Theia. Lapisan luar Bumi yang saat itu masih panas terlempar ke luar dan akhirnya bergabung membentuk Bulan, selengkapnya bisa dibaca di sini. Pada saat itu jarak antara Bulan dengan Bumi 20 kali lebih dekat dari jaraknya saat ini dan tidak membutuhkan waktu terlalu lama sebelum Bulan akhirnya berhenti berotasi dan terkunci pada posisinya seperti saat ini. Waktu itu Bumi dan Bulan suhunya masih sangat panas. Karena ukuran Bulan yang lebih kecil dari Bumi, maka Bulan dingin lebih cepat dan sisi gelap bulan mendingin lebih dulu dari sisi terang Bulan yang masih tetap panas karena terpapar suhu Bumi yang saat itu masih panas sekira 2500 derajat Celcius. Hal itu membuat perbedaan suhu yang signifikan antara sisi gelap dan sisi terang sehingga menciptakan kerak.

Aluminium dan Kalsium muncul di sisi gelap Bulan setelah terkondensasi di atmosfer. Ribuan sampai jutaan tahun kemudian, elemen-elemen ini bergabung dengan silikat pada mantel Bulan membentuk Plagioclase feldspars atau batuan mirip kristal yang tersusun dari kalsium dan Sodium. Batuan ini biasanya berwarna putih atau abu-abu dan biasanya sangat umum di jumpai di batuan beku. Plagioclase feldspars tadi turun ke permukaan dan membentuk kerak Bulan. Sisi gelap Bulan memiliki kerak yang lebih tebal karena jumlah mineral yang lebih banyak.

Saat meteorit besar menghantam sisi terang bulan, saat itu Bulan masih memiliki danau lava basaltik yang mana ketika tumbukan meteorit terjadi kerak Bulan tertekan dan memicu banjir lava yang akhirnya mendingin dan menghitam seperti sekarang. Pada sisi gelap, kerak lebih tebal dan keras serta danau lava basaltik sudah membeku lebih cepat dari sisi terang Bulan membuatnya lebih keras, sehingga ketika dihantam meteorit hanya akan membentuk kawah-kawah saja dan tidak membentuk Mare. (SCD, IBT, UMN, Adi Saputro/ www.astronomi.us)
ASTRONOMI VIDEOS
Copyright © 2014 ASTRONOMI BERITA All Right Reserved